Selingkuh Pada Waktunya
Beberapa hari lalu ada salah satu teman yang cerita kalau, calon suaminya selingkuh. Sebut saja Kinar. Beberapa bulan lagi Kinar dan mas Z menikah.
“Mas Z selingkuh huhuhu, dia ngaku sendiri” Kinar mengawali cerita sambil nangis sesenggukan. Aku yang lagi PMS serta merta ngerespon ” HAHHHH. SUMPAH” dih kenapa aku lebay banget ya waktu itu. Padahal kan sebelum aku menikah, belajar bab selingkuh nya udah hatam.
“Aku mau labrak pelakornya!! Ku maki-maki sekalian biar tau rasa” dibayanganku, badan Kinar naik turun sebab nahan emosi yang muncak di ubun-ubun.
“Iya labrak aja sanaa labrak. Mau aku bantuin nggak ini? Hih gila, emosi gue!!” aku yang kesetanan malah ngasih semangat dia buat ngelabrak si mbak. Duh, timingnya nggak pas. Aku PMS!!
Singkat cerita, akhirnya aku yang telfon si mbak. Sebut aja mbak BB. Tapi karena kesibukanku sebagai ibu dan istri yang harus urus anak dan suami, jadi nelfon mbak BB nya agak tertunda.
Saat aku telpon mbak BB, emosiku sudah stabil. Jadi nada bicaraku (bagiku) halus. Nggak yang tiba-tiba memaki nggak jelas. Mbak BB cerita semua kronologis gimana dia ketemu mas Z, gimana akhirnya mereka jadi lebih akrab. Waktu mbak BB nyerocos, sebetulnya aku sedang merenung.
Iya aku merenung… Kan mereka berdua sama-sama suka, lalu kenapa aku dan Kinar hanya memojokkan satu objek, yaitu perempuannya? Padahal ada Mas Z yang datang (dengan suka rela) ke kosnya mbak BB.
Sekarang — setelah melalui mediasi yang nggak panjang — akhirnya Kinar dan mas Z tetap menikah.
Aku — yang sok bijak — berusaha beri wejangan “Dipikir ulang, kalau setelah menikah selingkuh lagi gimana?” UPS. Who am I to judge?
“Nggak papa, mungkin setelah menikah dia berubah. He love me so hard, i know it”
***
Sebelum nikah, aku banyak belajar tentang cinta, tentang pria, tentang relationship. Sama seperti saat aku hamil, aku belajar tentang cara pengasuhan anak menurut orang perancis, menurut montessori bla bla bla.
Ternyata membaca banyak buku nggak serta-merta merubah aku jadi istri idaman atau ibu teladan. Seperti tindakanku diatas. Aku ngelabrak si mbak yang berarti aku ikut memojokkan satu gender dalam satu perselingkuhan. Sempet-sempetnya aku bilang “Mbak, mbak nggak prihatin apa sama kelakuan mbak yang merugikan perempuan lain. Kita SAMA-SAMA PEREMPUAN MBAK! “
Kalo mbak BB pinter, harusnya jawab gini “Laa gimana saya bisa menghargai situ, wong mas Z nya sendiri nggak menghargai pasangannya kok” btw, kala itu aku nyamar jadi Kinar. Padahal kata Awkarin, “Laki-laki bukan sebuah objek yang diperebutkan. Mereka selingkuh karena adanya mutual feelings (suka sama suka), lalu kenapa harus menyalahkan pihak perempuannya saja?”
Jujur, aku sama seperti Kinar. Masih denial dengan perselingkuhan. Padahal setiap orang pasti akan selingkuh dan diselingkuhi pada waktunya. Kata coach Lex di artikel yang judulnya Semua Akan Selingkuh pada Waktunya, beberapa orang —pria atau wanita— punya bakat genetik untuk selingkuh. Beberapa orang ini sulit untuk monogami. Setelah menikah mereka memiliki istri simpanan, poligami, selingkuh dan lain-lain. Bukan berarti membenarkan selingkuh ya. Tapi kita harus tau biar nggak kaget (termasuk aku).
Ada yang bilang, kalau sebelum menikah sudah sering selingkuh, setelah menikahpun pasti akan terjadi perselingkuhan lagi. Padahal, ada beberapa kasus yang pasangannya baik sebelum menikah, setelah menikah malah berulang kali selingkuh. Ada yang masa muda doyan selingkuh, setelah ucapkan ikrar pernikahan akhirnya dia berubah. Intinya, kita nggak akan tau kapan kita diselingkuhi, kapan juga kita akan selingkuh.
Kebiasaan selingkuh nggak akan berubah hanya-karena sebuah pernikahan. Manusia nggak akan berubah karena menikah, tapi manusia bisa berubah karena dirinya sendiri. Kalau kita sadar bahwa kita cenderung sulit untuk monogami,harusnya kita hindari bercengkerama berlebihan dengan lawan jenis (atau sesama jenis, karena beberapa kasus ada yang selingkuh dengan sesama jenis). Sulit itu kalau pelaku selingkuh menyangkal bahwa mereka selingkuh. “Ah kan CUMA TEMAN” tapi obrolan whatsapp disembunyikan dari pasangan. Alasannya klasik, takut pasangan parno dan mikir macam-macam. Padahal dua langkah diatas saja sudah ada bibit-bibit selingkuh.
Seberapa baik kita memilih pasangan atau seberapa kuat prinsip kita. Kita nggak akan aman dari se-ling-kuh. Nggak perlu memojokkan mas Z. Aku, ApelMerah, bahkan Kinar juga punya potensi untuk selingkuh. Nggak ada yang bener-bener bersih dari godaan. Karena setia bukan perasaan, tapi sebuah keahlian.
Seperti Ustad Riza Basalamah bilang “Tergoda itu bisa jadi dimana saja, kapan saja, dan siapa saja. Tapi bukan berarti kesetiaan tidak pernah ada. Kesetiaan itu, saat dia tergoda. Dia akan kembali pada kita”
***
Ada tiga poin social hacks yang kita lakukan sehingga terjerumus perselingkuhan menurut coach Lex dePraxis.
1. Kita menyangkal dan mendefinisikan keakraban dengan lawan jenis/sejenis itu hanya-teman-saja.
2. Menutupi intensitas interaksi dengan si hanya-teman-saja.
Misal tidak pernah bercerita tentang si hanya-teman-saja. Menghapus chat log. Curi-curi mengobrol dengan si hanya-teman-saja. Alasannya sih baik : agar pasangan tidak parno dan berpikiran aneh-aneh tentang kita. TAPIII, efek sampingnya adalah terciptanya ruang ekslusif antara kita dan si hanya-teman-saja.
3. Curhat dengan si hanya-teman-saja tentang masalah rumah tangga kita.
*
Bibit-bibit perselingkuhan itu sudah ada sejak poin kedua aku sebutkan diatas. Tapi terkadang aku, kamu, dan kita nggak sadar. Orang-orang yang menghargai pasangan (terutama yang sudah terucap ikrar pernikahan) setelah sadar dirinya ‘telah’ berselingkuh, pasti akan mengakhiri interaksi mereka dengan si hanya-temen-aja dan kembali ke pasangannya.
Ps: kalo ada suami atau istri yang berulang kali bohong, berulang kali khilaf. Coba ke kantor BPJS terus tanya “Kebiri karena indikasi ditanggung BPJS nggak?”
-_____-#
3 Comments
Indah Savitri
“si-hanya-teman-saja” semua hal memang berawal dari teman ya mba :p
fanny_dcatqueen
Hahahahahah emang bagusnya dikebiri yaaa 🤣.
Aku ga mau judge sembarangan juga kalo udah bicara soal selingkuh mba.
Aku sendiri pernikahan pertama gagal Krn si ex selingkuh, pada saat aku lagi kuliah Di malaysia. Alasannya dia kesepian, akunya sih yg ga ada, dan ujung2nya dia nuduh aku juga selingkuh di sana, Krn kdg telp ku ga diangkat. Padahal dia nelpon jam2 di mana aku sedang ada kelas atau ujian. Padahal dulu dia setuju aku sekolah di Malaysia.
Aku ga bisa trima kalo suami udh selingkuh, pasti cerai. Mau ada anak kek, mau ga, ttp cerai. Karena buatku, selingkuh di saat nikah, berarti Ama Tuhan aja dia berani, pasti bakal ngulang lagi.
Tapiiiiii aku masih bisa terima kalo pasangan selingkuh di saat masih pacaran doang. Krn aku pun begitu 😅. Menurutku di saat pacaran, kita masih mencari apa yg terbaik. Wajar kalo masih suka tergoda. Toh blm bikin janji apapun ke Tuhan.
Tapi di saat aku udh mutusin pilih suami yg skr ini, aku udh tandatangan sumpah juga Ama Tuhan. Ga mungkin aku ingkarin, apalagi hukumnya jelas..ga berani Mbaa 😁.
Tapi itu POV dr aku yaaa. Kalo orang lain ga setuju, pokoknya wajib setia kapanpun mau udh nikah atau tidak, ya itu prinsip mereka 😄
Dinni Rossy
Kok gtu mbak hahaha, saya kebalik sih. Klo masih pacaran yo go away wkwkwk. Pacaran aja berani apalagi dah nikah haha, mungkin karna sya orgnya sangat setia ya, jd meski pacaran klo diselingkuhin tetep aja bye bye