Cerita tentang Kita

Almahyra Arsy #part1

Rasanya baru kemarin nulis gimana mulesnya proses melahirkan Arsa. Time flies to fast 🙂

Anak kuat dan selalu beruntung.  Terselip doa di setiap huruf yang tertera di atas,  dan saya yakin semua orang tua akan memberi nama terbaik untuk anak-anaknya juga.  Saya katakan ia anak kuat, karena Aara hadir di tengah kekalutan kondisi ekonomi kami,  dan di tengah badai covid pertengahan tahun 2021 kemarin.

Terakhir USG, HPL saya selalu mundur. Ganti dokter, mundur lagi. Ganti lagi, makin mundur lagi. Kalau menurut HPHT sih HPL saya akhir oktober sampai awal November. Menurut hasil USG pertama, HPL saya pertengahan November (Bisa jadi saya salah perhitungan HPHT). Tapi saat saya ganti dokter, HPL makin mundur jadi Desember. Wtf?! Jauh amat mundurnya.

Sebelumnya, mari kita Flashback ke beberapa bulan yang lalu saat kehamilan saya berusia 21 minggu.

Lagi tinggi-tingginya kasus Covid dan saya bolak-balik harus ngerujuk pasien. Bolak-balik juga tracing dan antar obat ke rumah-rumah pasien. Lalu sore harinya muncul flek darah. DEG! Tanpa wasweswos saya meluncur ke RS Hermina.

“Janinnya langsing ya, kepalanya kecil” kata bu dokter. Kepala kecil? Microchepal?

“Nggak bukan Microchepal. Lebih mengarah ke malnutrisi. Kita lihat lagi aja ya di pemeriksaan selanjutnya. Kegiatan sehari-hari apa kok sampek ngeflek?” lanjut bu Dokter.

“Ngerujuk dok, ada 3 sampai 4 kali sehari saya ngerujuk”

Utun ~

Selesai corat-coret resep saya menuju Farmasi, sekilas saya dengar Bu Dokter bicara ama mbak Sus-nya. “Mbakk, tolong ambilkan saya APD Level 3 donggg” hahaha, rupanya beliau resah takut-takut saya bawa virus covid paparan dari pasien yang saya rujuk 🙂

Karena saya nggak terima dikata kepala bayi saya kecil, saya bertekad di pemeriksaan selanjutnya, saya harus ganti dokter. Keputusan yang kedepannya bikin saya menyesal. Ngeyell see, kapok!

Bulan berikutnya saya USG di dokter obgyn yang berbeda. Sekaligus memastikan apa bener sih kepala anak saya kecil? “Nggak kok normal, sesuai semua ya. HPL kemungkinan akhir November” Lho kok mundur HPL nya? Alih-Alih dapat jawaban yang memuaskan hati, saya makin dibuat gamang oleh dokter kedua.

Kemudian bulan berikutnya lagi saya periksa ke dokter yang, lagi-lagi, berbeda dari sebelumnya. Semua punya jawaban yang sama. “Normal kok, HPL awal Desember ya” mundur lagi. Begitu seterusnya sampai usia kehamilan saya masuk di bulan ke-sembilan.

Dan akhirnyaaa, saya mbalik kucing. Putar balik lagi ke dokter pertama demi memastikan KAPAN SIH HPL NYAAA?

“Gimana dok?”

“Hmmm… bentar, jari kaki dan tangan lengkap ya” Ooo daritadi dokternya diem hening menatap layar USG karena lagi ngitung jari-jari janin saya ternyata -____-

“Tapi kepalanya kecil, ini sih malnutrisi kronik”

Singkat cerita, Aara terdiagnosa IUGR. Perkembangannya terhambat, saat ini usia kehamilan saya 9 bulan tapi postur tubuh Aara versi utun masih seperti janin usia 7 bulan. Pantes aja dokter-dokter lain HPL nya pada mundur, karena usia kehamilan kan dilihat dari ukuran lingkar kepala, sedangkan janinnya kecil. Dokter E agak marah karna saya nggak rutin kontrol. Harusnya sejak usia kandungan 5 bulan kemarin saya harus rajin kontrol tiap bulan ke beliau untuk dipantau. Masih bisa dikejar dengan memberi nutrisi melalui vena alias diinfus.

“Yaudah saya makan es krim aja ya dok yang banyak? Atau susu UHT? Gimana dok,biar bayinya nggak kecil hehe”

“Nggak bisa, janinnya kekuranngan protein bukan kalori” huhuhu, mau nangis.

“Terus gimana dok, yaudah diinfus sekarang aja dok,” tanya saya mau nangis.

“Nggak bisa bu”

“Oo dikasih suplemen masih bisa dok?”

“Nggak bisa bu”

LAAH TERUS GIMANA DOKKK? Saya frustasi.

Akhirnya saya pulang dengan pasrah, pasrah bahwa bayi saya nanti akan lahir BBLR. Dokter bilang bisa dikejar saat lahir. Pokoknya siapin mental aja kalau anaknya bakal lahir dengan berat badan lahir rendah. Setelah itu dikejar BB nya dengan asi eksklusif dan pemantauan dokter anak.

***

Lanjut Part 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *